Saudaraku para tamu Allah dan juga
saudaraku di Tanah Air yang kali ini atas izin Allah bisa merasakan getaran
orang - orang yang bersyukur di Tanah Arafah. Inilah saat yang paling dirindukan
oleh orang - orang yang beriman, saat diundang ke tanah dimana Allah
menghadapkan hamba-hamba-Nya kepada para malaikat di hari Arafah.
Pada
saat inilah Allah menjanjikan pembebasan api jahannam sebanyak-banyak
hamba-hamba-Nya. Dan pada hari ini Allah juga menjanjikan diampuni lumuran
dosa-dosa, dihapus aib-aib yang menyelimuti, kerak-kerak kenistaan disingkirkan,
dibukanya lembaran-lembaran baru yang putih bersih.
Saudaraku para tamu
Allah.
Begitu banyak orang yang
bertawakkal dan bersimpuh di hadapan Allah. Di seluruh pelosok negeri. Mungkin
di pedesaan, di lereng-lereng, maupun di persawahan. Mereka ini mungkin siang
malam bersandar kepada Allah. Mereka tiada henti memuja Allah. Bahkan mungkin
bisa jadi kedudukan mereka lebih tinggi di sisi Allah dibanding kita yang
sehari-hari melumuri diri dengan dosa, lebih banyak dipakai memuaskan diri kita
dibanding memuaskan perintah allah. Tapi sampai sekarang mereka belum pernah
merasakan nikmatnya jamuan Allah di Arafah ini.
Inilah saatnya kita harus merasa
malu. Karena, lebih banyak orang yang berhak wukuf di Arafah ini dibanding kita.
Kita lihat orang dikeningnya berbekas dengan bekas sujud hanya bisa menangis
sepanjang hayatnya untuk bisa dijamu oleh Allah di Padang Arafah ini. Tapi,
kapan kita melakukan seperti itu ?
Karena itu, saudaraku yang hadir di
bumi Arafah ini, hari ini adalah hari buat kita untuk bersyukur. Bisa jadi kita
hadir di tempat ini bukan karena kesalehan kita. Kehadiran kita di sini mungkin
karena ridho Allah atas orang-orang yang kita sakiti yang mereka balas sakit
hatinya dengan doa kemuliaan bagi kita.
Mungkin kita berada di tempat ini
berkat doa fakir miskin yang kita lempar dengan uang seratus rupiah tapi mereka
menerimanya dengan ridla dan memohon kepada Allah agar mengampuni kita. Mungkin
kita berada di tempat ini berkat doa para pembantu yang tidak pernah kita hargai
jasa baiknya tetapi mereka sabar bangun malam dan meminta kita diberi hidayah.
Mungkin kita berada di tempat ini karena doa orang tua kita yang tiada
henti-hentinya agar memiliki anak yang shaleh dan shalehah, padahal begitu
sering kita melukai hatinya. Atau mungkin kita berada di tempat ini karena doa
anak-anak kita yang sering dikecewakan dengan contoh buruk yang kita lakukan
sehingga mereka meminta kepada Allah agar memiliki orang tua yang shaleh dan
shalehah.
Tentunya tiada kebaikan yang
mengantar kita ke tempat ini selain kemurahan Allah Yang Maha Agung. Kita
berutang banyak saudara-saudaraku sekalian.
Baiklah saudara-saudaraku
sekalian.
Tidak
ada jalan bagi kita untuk menjadi sombong dan takabur dengan jamuan Allah di
Arafah ini, kecuali kita harus malu dan jujur kepada diri sendiri. Harta yang
Allah titipkan kepada kita, tak jarang kita nafkahkan sekadar sisa dari uang
jajan kita. Zakat enggan kita bayarkan. Sedekah bagi orang yang paling lusuh
dengan cara yang paling memalukan. Bahkan kita lebih suka membelikan
barang-barang yang mahal untuk kita pamerkan kepada makhluk daripada menafkahkan
harta di jalan Allah untuk bekal kepulangan kita.
Lalu
lihatkan bagaimana kita bersujud kepada Allah. Dari 24 jam satu hari Allah
memberikan waktu kepada kita, sujud sering kita percepat. Bahkan kalau perlu
hampir tidak pernah ingat kepada Allah Yang Maha Agung. Dimanakah letak amal
baik kita ? Nikmat dari Allah tiada henti dan tiada putus. Sedangkan
pengkhianatan kita tiada henti dan tiada terputus. Entah mengapa Allah
memberikan kesempatan kita berad di tanah Arafah ini ? Rasanya lebih banyak
orang yang lebih layak untuk dimuliakan Allah saat ini.
Saudara-saudaraku
sekalian.
Hari
ini Allah menurunkan para malaikat di sekitar kita. Sebagian para malaikat sudah
menyaksikan aib-aib yang ada pada diri kita. Sebagian para malaikat yang lain
tahu secara persis siapa diri kita, ada yang mencatat kata-kata kita yang begitu
jarang menyebut nama Allah. Lalu mereka tahu betapa banyak orang yang terluka
hatinya, tercabik-cabik perasaannya. Allah Maha Tahu fitnah yang tersebar karena
lisan kita selama ini, berapa banyak orang terjerumus ke dalam maksiat karena
kita yang menunjukkannya. Diantara malaikat yang hadir saat ini ada yang
menyaksikan kita mendekati zina dengan mata kita, dengan lisan kita, karena
tiada yang tersembunyi bagi Allah.
Sesungguhnya hari ini adalah hari
yang paling malu bagi kita. orang yang busuk seperti kita ini diberi kesempatan
di tempat yang mulia, bahkan amal-amal yang paling tidak disukai Allah kita pun
sering melakukannya. Kesombongan, ketakaburan adalah amal yang membuat iblis
dilaknat oleh Allah selamanya. Tidak akan pernah selamat masuk syurga bagi orang
yang di dalam hatinya ada takabur walau sebesar biji zarrah.
Lihatlah apa yang Allah titipkan
bagi jalan kesombongan bagi kita. Otak dicerdaskan sedikit oleh Allah. Kita
diberi kesempatan sekolah, kesempatan kuliah. Namun malah membuat kita
petantang-petenteng menganggap remeh orang tua kita yang pendidikannya tidak
setinggi kita.
Padahal demi Allah
saudara-saudaraku, otak ini adalah milik Allah. Jikalau Allah mengambil beberapa
bagian saja, niscaya kita tidak bisa mengingat apapun. Sungguh ! Gelar, pangkat
adalah lambang kebodohan bagi orang-orang yang takabur. Malu kita mengapa diberi
otak yang sulit mengenal Allah. Padahal otak kita ini tunduk mengejar keagungan
Allah.
Kita
diberikan harta yang cukup. Tapi kita sering tidak mempedulikan darimana harta
itu kita dapatkan. Yang haram kita ambil, hak orang lain kita tahan. Zakat lupa
kita bayarkan. Kita lumuri diri kita dengan kenistaan. Naudzubillaahi min
dzalik. Tapi kita bangga dengan kendaraan yang mewah, dengan rumah yang
megah, dengan perhiasan. Padahal, sungguh semua itu adalah sekadar titipan
Allah, yang Allah juga berikan kepada makhluk-makhluk nista lainnya. Para
penjahat, para pelacur, pezina, orang-orang yang durjana diberi dunia oleh
Allah. Karena dunia bukan tanda kemuliaan bagi seseorang. Dunia adalah fitnah,
cobaan bagi manusia. Sungguh malang bagi orang yang takabur dengan tempelan
duniawi, padahal Allah menghinakan seseorang dengan duniawi itu
sendiri.
Saudara-saudaraku
sekalian.
Waspadalah sepulang dari tempat
ini. Haji yang mabrur adalah haji yang merasa malu kepada Allah. Allah
memberikan nikmat tiada henti. Kita jarang mensyukurinya bahkan kita
mengkhianatinya. Allah Yang Maha Agung, Allah Yang Maha Perkasa, memberikan
kesempatan kali ini kepada kita untuk mengubah sisa umur kita.
Mungkin, mungkin kali ini adalah
yang terakhir kali kita berada di tanah Arafah ini. Tidak ada jaminan kita tahun
depan dapat bertemu kembali di tempat ini. Tanah yang kita duduki ini akan
menjadi saksi di akhirat nanti.
Kita
berangkat mengeluarkan harta, waktu, tenaga. Kita lalui jalan berjam-jam sampai
tempat ini, tapi nikmat sekali. Itulah nikmat yang datang dari Allah.
Nikmat adalah pengorbanan.
Rasulullah Saw mulia bukan karena apa yang dimilikinya, tapi pengorbanan untuk
ummat. Harta yang dikorbankan, tenaga yang dikorbankan, waktu yang dikorbankan,
perhatian yang dikorbankan, demi kemaslahatan ummat.
Sepulang dari sini tidak pernah
akan bahagia kecuali orang yang paling menikmati berkorban untuk orang lain.
Yakinkanlah bahwa apapun yang kita miliki agar bermanfaat sebanyak-banyaknya
bagi hamba Allah. Sebaik-baik manusia adalah orang yang banyak
manfaatnya.
Saudaraku, Percayalah bahwa kita
tidak akan bahagia dengan mengumpulkan uang. Justru kebahagiaan datang dengan
menafkahkan uang. Kita tidak bahagia dengan ingin ditolong orang lain. Kita
bahagia justru dengan menolong orang lain. Kebahagiaan hati kita dengan
menghargai orang lain. Jadikanlah diri kita menjadi orang yang tidak pernah
berharap apapun selain dari Allah. Itulah kebahagiaan yang awal dari pelajaran
kita.
Yang
kedua, ingatlah baik-baik. Kain ihram yang kita pakai ini ternyata inilah yang
menemani kita saat pulang nanti, tidaklah harta, tidak pangkat, dan juga tidak
jabatan. Semua itu adalah topeng sejenak saja yang tidak berharga sama sekali,
kecuali penyandangnya memiliki rasa syukur dan takwa kepada Allah.
Saudaraku, sepulang dari tempat ini
pastikan jangan sembunyi di balik jabatan. Jangan sembunyi di balik penampilan
yang bagus. Jangan bersembunyi di balik rumah yang megah. Jangan bersembunyi di
balik gelar yang berenteng. Tapi bersembunyilah di balik Allah.
Harta, pangkat dan jabatan tidaklah
berharga kecuali orang bertaqwa kepada-Nya. Sekuat-kuatnya jangan ubah yang
Allah titpkan ini menjadi jalan kesombongan kita. Tiada yang dimuliakan oleh
Allah. Tiada satupun yang diangkat derajatnya oleh Allah, kecuali orang yang
tawadhu. Tiada seorangpun yang tawadhu diantara kamu, semata-mata karena Allah,
kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.
Oleh
karena itu, sepulang dari sini pastikanlah menjadi orang yang paling rendah
hati, yang tidak akan memamerkan topeng seperti ini, kecuali insya Allah,
kemuliaan akhlak yang menjadi andalan bekal kepulangan dan
kemuliaannya.
Dan
yang ketiga, saudaraku sekalian, sepulang dari haji ini ingatlah baik-baik bahwa
Alah menciptakan haji dengan pertemuan dari segala bangssa. Kulit hitam, mata
sipit, yang tingi, yang buruk, yang cacat ; mereka semua adalah saudara kita.
Terkadang kita merasa saudara karena darah, persaudaraan karena tempat,
persaudaaraan karena bangsa, tapi kita lihat di sini, saudara kita begitu
bnayak. Pepatah mengatakan satu musuh sudah mempersempit kehidupan kita, tapi
memperbanyak teman tidak akan pernah cukup, sebab memperbanyak teman adalah
memperbanyak saudara. Sesungguhnya orang yang beriman itu bersaudara.
Orang-orang yang merasakan banyak
saudara hidupnaya akan lebih ringan. Kita berbelanja dengan harga yang mahal,
kita bersyukur karena bisa menafkahi, pedagang yang masih saudara kita
sendiri.
Kita
naik kendaraan umum dengan membayar kelebihan kita bahagia karena sudah
memberikan bekal bagi para keluarga keturunan para sopir saudara kita sendiri.
Kita mendidik orang sehingga maju, namun tidak berterima kasih tidak apa-apa,
karena mereka adalah saudara kita sendiri. Semakin banyak yang kita bantu, Insya
Allah semakin berbahagia dan ringan hidup kita ini.
Dan
yang terakhir ingatlah baik-baik.
Hari
ini adalah penutup lembaran lama kita. Sudah terlaalu lama kita gunakan untuk
mengkhianati Allah. Sudah terlalu banyak nafas kita diisi lalai kepada Allah.
Sudah terlalu banyak keringat kita untuk mendzolimi kebenaran. Sudah terlalu
banyak harta yang kita nafkahkan kita tidak di jalan Allah.
Saudaraku sekalian, mau kemana
lagi, hidup hanya satu kali dan sebentar. esok lusa mungkin malaikat maut sudah
berada di hadapan kita. Pastikan mulai saat ini, tekadkan dalam hati kita Insya
Allah tiada tujuan dalam hidup kami selain Engkau. Tiada yang kami tuju selain
pulang kepad-Mu, Ya Allah. Dunia pasti kita tinggalkan, harta kami tinggalkan,
keluarga kami tinggalkan, kami ingin bisa berjumpa denganmu Ya Allah. Tuntun
dengan amal yang bisa membuat berjumpa dengan-Mu. Tingkatkan kepada kami segala
bekal yang bisa membuat kami berjumpa dengan-Mu, Ya Allah karuniakan segala
nimat yang bisa membuat kami bisa mensyukuri, agar kami bisa berjumpa
dengan--Mu, bebaskan kami dari setiap harta dan kesibukan apapun yang tidak bisa
membuat kami berjumpa dengan-Mu. Barangsiapa yang merindukan berjumpa dengan
Allah, niscaya hari-hari yang dia nanti adalah hari-hari pertemuan dengan Allah.
Hari-hari yang diisi dengan bekal; untuk pulang hidup di dunia adalah kesenangan
yang menipu sejenak saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar